Menanti Tuhan: Kekuatan yang Membentuk Hidup
Dalam hidup, ada masa di mana segala sesuatu terasa berjalan lambat. Doa seolah menggantung, jalan keluar belum tampak, dan hati mudah goyah. Namun justru di momen-momen itulah Tuhan mengajar kita tentang sebuah seni rohani yang sangat penting: menunggu dengan iman.
Mazmur 27:14 berkata, “Bersabarlah! Nantikanlah TUHAN… Tabahlah dan besarkanlah hatimu.” Menunggu Tuhan bukan sekadar pasrah, tetapi membangun kepercayaan bahwa Tuhan bekerja meski kita belum melihat hasilnya. Penantian menjadi ruang di mana iman kita ditempa, karakter kita diperkuat, dan hati kita dipersiapkan untuk menerima yang lebih baik.
Seringkali hidup membawa kita pada situasi yang tidak sesuai rencana. Kita bertanya, “Mengapa harus begini?”, “Mengapa tidak sekarang?”, atau “Apa yang Tuhan sedang lakukan?”. Di sinilah kebenaran Roma 8:28 menguatkan kita: Allah turut bekerja dalam segala sesuatu. Bahkan ketika keadaan tampak berantakan, Tuhan merangkai setiap detail untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya. Tidak ada satu musim pun dalam hidup kita yang sia-sia ketika kita berjalan bersama Dia.
Saat kekhawatiran mulai datang, Mazmur 62:2 mengingatkan: “Hanya Dia Batu Karangku dan penyelamatku.” Hidup menjadi lebih ringan ketika kita sadar bahwa kita tidak berdiri di atas kekuatan sendiri. Kita punya Batu Karang—tempat di mana hati dapat beristirahat dan pikiran menemukan damai.
Menanti Tuhan bukan melemahkan, tetapi justru membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih dewasa, dan lebih siap menyambut karya-Nya. Dalam setiap penundaan, ada pelajaran. Dalam setiap kebingungan, ada maksud. Dan dalam setiap air mata, ada penguatan.
Pada akhirnya, hidup ini menjadi berarti bukan karena semua berjalan sesuai kehendak kita, tetapi karena kita belajar mempercayai Tuhan dalam setiap langkah.
Dalam kasih karunia-Nya — In His Grace — kita menemukan kekuatan untuk terus maju.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.